JAKARTA – Ketua Umum
Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab membantah kecaman Wakil Ketua DPP
PKS bahwa FPI terlibat dalam insiden Banyuwangi. Ia menasihati agar para
petinggi PKS menjaga lisan, jangan sampai mengeluarkan pernyataan yang terkesan
membela PKI.
Pernyataan itu
disampaikan di Markas FPI di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, Rabu
(30/6/2010), menanggapi pernyataan Wakil Ketua DPP PKS Agus Purnomo yang
dirilis dalam situs www.pk-sejahtera.org bertajuk “PKS Sayangkan Aksi FPI dalam
Kasus Pengusiran Rieke.”
Dalam pernyataannya
kepada para wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/6/2010), Agus
selaku DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengecam sikap ormas yang mengusir
kegiatan sosialisasi Komisi IX DPR di Banyuwangi. PKS melihat acara Ribka
Tjiptaning dan Rieke resmi acara sosialisasi DPR. “Ini kelompok massa. Jadi
kita sendiri menyayangkan tindakan itu,” tegas Agus.
Selain itu, Wakil
Ketua DPP PKS Agus Purnomo juga mengapresiasi Ribka Tjiptaning si “Anak PKI”
yang langsung melaporkan FPI polisi. Namun Agus tak sepakat pembubaran ormas
pelakunya.
“Langkah Ribka
melapor sudah bagus, kalau pembubaran melanggar UU,” papar Agus.
…Wakil Ketua DPP
PKS Agus Purnomo juga mengapresiasi Ribka Tjiptaning si “Anak PKI” yang
langsung melaporkan FPI polisi…
Menanggapi kecaman
Wakil Ketua DPP PKS itu, Ketua Umum FPI Habib Rizieq memberikan nasihat agar
para pengurus PKS agar berhati-hati dalam mengeluarkan statemen sebelum
bertabayyun.
“Saya ingatkan
kepada para pengurus PKS baik di tingkat DPP, DPP maupun di tingkat daerah dan
cabang-cabangnya, jangan sembarangan memberikan pernyataan kalau mereka belum
melakukan konfirmasi,” nasihatnya.
Habib Rizieq bahkan
menyangkan ulah petinggi PKS yang sembarangan mengeluarkan pernyataan miring
tanpa tabayyun kepada pihak yang bersangkutan.
“Semestinya, kalau
PKS mau tahu apakah FPI terlibat di Banyuwangi atau tidak, tanya ke Markas FPI,
jangan sembarangan memberikan pernyataan-pernyataan yang miring,” katanya.
Menurutnya, kalau
mengikuti perkembangan berita di televisi maupun media massa, tanpa konfirmasi
pun seharusnya semua orang tahu bahwa FPI tidak terlibat dalam insiden
Banyuwangi.
“Munarman selaku
pengurus DPP FPI sudah empat hari berturut-turut masuk televisi, berdialog
menyampaikan dengan gamblang, lugas, tegas dan terang-benderang bahwa FPI
tidak terlibat dalam kasus Banyuwangi,” ujarnya.
Habib juga
mempertanyakan darimana PKS mendapat berita sehingga berani menuding FPI
terlibat dalam insiden Banyuwangi. Pernyataan ini dinilai berbahaya karena bisa
bernuansa pembelaan terhadap PKI.
“Lalu darimana
beritanya sehingga PKS menuduh FPI terlibat? Apakah PKS mau membela PKI juga?”
tanya Habib.
…darimana beritanya
sehingga PKS menuduh FPI terlibat? Apakah PKS mau membela PKI juga? tanya
Habib…
Sebagai partai yang
sudah dikenal sebagai partai dakwah, Habib m agar PKS menerapkan akhlak Islam
dalam bertutur kata.
“Saya ingatkan para
pengurus PKS, hati-hati berbicara, karena kalian adalah partai dakwah, kalian
harus berakhlak Islam. Jangan sembarangan melempar tuduhan tanpa mengkonfirmasi
terlebih dahulu,” tegasnya. “PKS itu kan partai dakwah, bukan partai fitnah.
Jadi semestinya mereka mengkonfirmasikan dulu berita itu,” imbuhnya.
Diberitakan
voa-islam sebelumnya, insiden Banyuwangi terjadi pada 24 Juni 2010. Acara yang
digelar oleh Ribka Tjiptaning Proletariati, seorang Anggota DPR dari fraksi di
salah satu rumah makan di Kelurahan Pakis, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Acara ini dibubarkan oleh ormas-ormas Islam karena acara ilegal tak berizin itu
dinilai sebagai acara reuni eks anggota PKI.
Buntut pembubaran
paksa ormas-ormas Islam itu, Ribka mengadukan FPI ke Komnas HAM dan Mabes Polri
di Jakarta, Senin (28/6/2010).
Menanggapi kemelut
tersebut, Wakil Ketua DPP PKS Agus Purnomo menyangkan aksi pembubaran yang
dilakukan oleh FPI Banyuwangi, meski faktanya FPI Banyuwangi sudah dibubarkan
dua bulan sebelum insiden tersebut.
Ribka Bangga Jadi
Anak PKI
Sebelum menjabat
sebagai pimpinan Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP, nama Ribka Ciptaning
Proletariati mencuat setelah menulis buku buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI.” Buku
yang ditulis Ribka ketika menjabat sebagai salah seorang Wakil Ketua DPD PDIP
Jawa Barat periode 2000-2005 itu berkisah tentang suka duka menjadi anak PKI
yang sangat ditindas waktu jaman Orde Baru.
Buku ini menjadi
kontroversi yang mengejutkan banyak pihak, karena diluncurkan di saat bangsa
Indonesia memperingati Hari ‘Kesaktian’ Pancasila 1 Oktober 2002. Hari ini
sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada peristiwa ini terjadi
pembantaian secara biadab yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI)
yang terkenal dengan Gerakan 30 September (G-30-S). Pada hari mengenang
kekejaman PKI itulah, Ribka meluncurkan buku yang judulnya mengagung-agungkan
PKI.
…Ribka dengan penuh
gelak tawa menyatakan kebanggaannya menjadi salah seorang anak PKI. Dia juga
mengakui pada pemilu 1999, sekitar 20 juta anak PKI mencoblos PDIP…
Dalam tayangan
salah satu televisi swasta, Selasa (1/10/2002), Ribka dengan penuh gelak tawa
menyatakan kebanggaannya menjadi salah seorang anak PKI yang sekian puluh tahun
ditekan dan ruang geraknya dibatasi oleh rejim militer pada waktu itu. Malah dirinya
tidak diperbolehkan membuka praktik dokter.
Ribka mengatakan,
saat tragedi G-30-S/PKI, dirinya baru berusia tujuh tahun. Kenangan buruk
tentang tragedi tersebut dia ungkapkan dalam bukunya itu. Dia pun mengakui pada
pemilihan umum 1999, sekitar 20 juta anak PKI mencoblos tanda gambar Banteng
Gemuk (PDIP).
Post a Comment