
Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ustadz Rokhmat S.
Labib memaparkan bagaimana buruknya demokrasi, saat menghadiri muzakaroh
tokoh dan ulama yang diselenggarakan oleh Majelis Intelektual Ulama Muda
Indonesia (MIUMI) di Tebet Jakarta, Rabu (9/10/2013).
Menurutnya demokrasi merupakan sumber kekufuran dan
kemaksiatan. Bahkan kini menjadi Biang Korupsi dan lebih bahaya lagi karena
menjadi sumber kerusakan akidah umat islam.
“Demokrasi itu lahir dari barat. Merupakan anak kandung
kapitalis-sekuler. Menolak hukum-hukum dari Allah. Bahkan kalau Alloh melarang
berzina, maka aturan Allah ini tidak boleh diterapkan karena harus dapat
persetujuan dulu dari DPR. Jadi dalam demokrasi, DPR lebih tinggi derajatnya
dari Allah Swt. Ini membahayakan akidah umat dan sumber kekufuran,” ungkapnya.
Lebih lanjut Rokhmat menjelaskan akibat diterapkannya
demokrasi, semua hukum yang Allah turunkan dalam al Qur’an itu tak boleh
dilaksanakan sebelum mendapat persetujuan DPR. Inilah malapetaka awal yang
melahirkan berbagai kemaksiatan, mulai dari akidah umat, perzinahan,
kriminalitas bahkan yang lagi ramai sekarang, korupsi merajalela sampai ke
benteng penjaga hukum sekuler, ketuaMahkamah Konstitusi di tangkap KPK. Semua
kemaksiatan itu harus dihentikan dengan diterapkannya Syariah dan Khilafah.
“Solusi atas berbagai kemaksiatan selama ini hanya dengan
diterapkan syariah dan Khilafah. Karena kita tak bisa berharap pada demokrasi
untuk menerapkan syariah. Sebaliknya kita harus mencontoh nabi SAW yang telah
sukses membangun peradaban yang agung. Saatnya kita tinggalkan demokrasi dan
kembali mengambil warisan nabi kita dengan berjuang dan berdakwah demi
tegakknya syariah dan Khilafah,” tegas Rokhmat.
Hadir dalam pertemuan tersebut ulama Suriah Syekh
Ghiyats, dari DPP HTI Ustadz Rohmat S. Labib, Wahyudi al Maroky dan Budi
Darmawan, unsur dari Jama’ah Anshorut Tauhid yakni Ustadz Fuad dan Son hadi,
Ustadz Fadlan Garamatan (FKN), relawan HASI dan awak media dari JITU.
Adapun tuan rumah Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir,
didampingi Ustadz Adian Husaini.
[azmuttaqin/mediaumat/arrahmah.com]
Post a Comment